Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Rasionalitas Dunia, dan Ruang Ajaib yang Masih Bertahan

Gambar
Saya memulai perjalanan ini dari kota Pohon Beringin yang dingin- Ruteng-, walau begitu tulisan ini saya curahkan sepenuhnya kepada sebuah kota kecil di tengah pulau flores, yang memiliki sumber air namun tak punya pantai. BAJAWA. Orang bule menyebutnya dengan BAYAWA.                                                Kalau harus menoleh pada tahun 1945, 18 agustus pagi hari yang mungkin cerah-mungkin juga tidak, sedang berlangsung peristiwa persiapan pengesahan UUD 1945 yang telah merdeka dari Jajahan Belanda, namun saat ini di tanggal 18 agustus 2025 di pagi hari yang berkabut tinggi di Bajawa, saya sedang melayani perjalanan lintas flores bersama sepasang suami istri Belanda (Zuid-Holland) berusia akhir 70an.  Kami menginap di Penginapan Manulalu B&B Hotel berlokasi di Jl Mangulewa - Jerebu'u, Tiworiwu. Pagi itu sesuai agenda, kami lebih dulu mengunjungi Desa A...

Renovasi Mindset

Gambar
Ini sebenarnya karena terlalu sering konsumsi lagu Renovasi otaknya Dialog Dini Hari, jdi yahhhh begitulah yang terjadi dengan judul tulisan ini. Sengaja dibuat sedikit berbeda agar tidak dianggap plagiat. Peace up!! Kenapa juga Dialog Dini Hari melahirkan judul Renovasi Otak? Kenapa tidak Bedah Otak? Kenapa pula yang saya dengarkan adalah renovasi otak? Kenapa tidak sya dengarkan si manis Yasudahlah dari Nostress? Ahhh sudahlah, tidak penting karena punchlinenya berantakan dan cheesy sekali..           Kali ini, mari kita ulik sesuatu tentang pola pikir manusia diusia memasuki quater life crisis. Yepp. Memasuki quarter life crisis sepertinya sikap idealis kita terlihat sangat superior-Menunjukkan kuasanya bahwa harus ini harus itu, harus terlihat ideal. Titik.- tapi kita lupa sesuatu yang lain yang ada pada diri kita, yaitu sikap realistis yang mungkin saja terlihat inferior. Begini, saking idealisnya kita -kamu dan saya- yang sedang ada di fase quarter life...

Peleburan Budaya di Tanah Flores

Gambar
Saya sedang berpikir untuk memposting sesuatu yang berkaitan dengan ilmu filsafat dan pariwisata-yang merupakan multi disiplin ilmu-, sebuah ide sederhana karena yah ibu dari segala ilmu adalah filsafat itu sendiri, setelah sekian lama meramu beberapa kata kunci terkait hal ini, sesuatu yang diluar ekpektasi justru muncul melalui melalui riakan ombak, hembusan angin, dan hilir mudik orang-orang yang juga sedang menyaksikan kepulangan sang matahari   Pemikiran tentang “serupa tetapi tak sama” tentang  beberapa orang yang saya amati waktu itu termaksud diri saya sendiri. Dan jadilah tulisan ini. Kata kunci mengenai hubungan filsafat dengan pariwisata yang dulu saya ramu dengan segala perhitungan kini melebur bersama udara. Pariwisata sebagai suatu ilmu yang harus memenuhi syarat ontologi, epistemologi, dan aksiologi pun kini hilang dan hanya digantikan dengan pertanyaan sederhana :  “kenapa ciri fisik kami berbeda sementara kami sama-sama orang Flores?” “kenapa masyarakat M...